Setiap makhuk hidup memiliki beberapa ciri atau sifat
dasar. Salah satu yang utama adalah makhluk hidup perlu makanan dan
mengeluarkan zat sisa. Apabila kita cermati, sifat dasar tersebut
mengarahkan kita kepada suatu mekanisme yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup yang disebut dengan metabolisme.
Metabolisme yang terjadi pada setiap jenis makhluk
hidup tentunya tidak sama. Bergantung komponen penyusun makhluk hidup
tersebut dari tingkat seluler hingga organisme. Dalam proses
metabolisme terjadi berbagai reaksi kimia baik untuk menyusun maupun
menguraikan senyawa tertentu. Proses penyusunan tersebut disebut
anabolisme, sedang proses penguraiannya disebut katabolisme.
Salah satu contoh proses metabolisme (anabolisme) yang
sering kita dengar adalah proses fotosintesis. Proses tersebut terjadi
pada tumbuhan berklorofil, tepatnya pada jaringan tiang / palisade dan
bunga karang pada mesofil daun. Pada sel palisade atau bunga karang,
proses ini terjadi di dalam sebuah organel yaitu kloroplas. Seperti
yang telah diketahui, proses ini hanya dapat terjadi pada saat ada
cahaya. Cahaya itu dapat berupa cahaya matahari maupun cahaya lampu,
yang penting dalam cahaya tersebut terdapat sinar putih yang merupakan
spektrum cahaya dari cahaya mejikuhibiniu
(merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu). Selain cahaya matahari,
proses fotosintesis juga membutuhkan karbon dioksida dan air.
Pada proses fotosintesis ini akan dihasilkan dua senyawa yaitu glukosa dan oksigen.
Untuk mengetahui kandungan glukosa sebenarnya dapat diketahui
dengan percobaan Sact sedang untuk mengetahui kandungan oksigen dapat
diketahui dengan menggunakan lidi yang membara seperti pada percobaan
Ingenhouz. Akan tetapi pada kesempatan ini, yang akan dilihat
bukanlah kandungannya, akan tetapi kecepatan proses tersebut bila
diberi perlakuan yang berbeda – beda terkait suhu, intensitas cahaya,
dan NaHCO3. Percobaan kami kali ini merupakan percobaan Ingenhousz.
Alat dan Bahan :
Alat :
- Gelas kimia (4 buah).
- Tabung reaksi (4 buah).
- Corong (4 buah).
- Kawat penyangga (12 batang).
- Stopwatch (1 buah).
- Termometer (1 buah).
- Waskom (1 buah).
- Kertas, pensil, penghapus, penggaris, (masing-masing 1 buah)
- Kamera (1 buah).
Bahan :
- Air secukupnya.
- Es Batu secukupnya.
- NaHCO3
- Hydrilla.
Langkah Kerja :
2. Memasukkan 2 potongan tanaman hydrilla ke dalam corong. Diusahakan agar tanaman hydrilla tidak
keluar dari corong.
3. Menutup bagian tabung corong dengan tabung reaksi.
4. Memasukkan tiga kawat penyangga ke dalam gelas kimia untuk menjaga keseimbangan dari corong yang telah diisi dengan hydrilla. Sebaiknya, jarak antara bawah corong dengan dasar gelas kimia tidak terlalu jauh, sekitar 0,5 cm.
5. Memasukkan gelas kimia ke dalam waskom yang berisi air, diikuti dengan memasukkan corong yang di dalamnya berisi tanaman hydrilla ke dalam gelas kimia tersebut. Selanjutnya tutup bagian tabung corong dengan tabung reaksi, diusahakan tidak terbentuk ruang udara.
6. Mengulangi langkah 3 sampai 5 untuk 3 corong berikutnya.
7. Menandai masing-masing gelas kimia sebagai gelas kimia A, B, C, dan D.
8. Meletakkan gelas kimia A di tempat yang teduh.
9. Meletakkan gelas kimia B, C dan D di tempat yang terbuka (terkena sinar matahari langsung).
10. Mengukur suhu awal masing-masing gelas kimia.
11. Menunggu hingga muncul gelembung-gelembung udara yang tampak pada tabung reaksi.
12. Menuangkan larutan NaHCO3 secukupnya pada gelas kimia C.
13. Menuangkan beberapa bongkahan es batu pada gelas kimia nomor D. Atur suhunya agar serendah mungkin dari suhu lingkungan.
14. Mengamati dan mencatat banyaknya gelembung yang muncul lalu memasukkan data ke tabel.
15. Setelah banyak rongga udara yang terbentuk di tabung reaksi, lalu angkat tabung reaksi perlahan dan tutup rapat agar gas di dalamnya tidak keluar.
16. Memasukkan bara api dari lidi ke atas mulut masing-masing tabung reaksi dan melihat apa yang terjadi. Ini dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya oksigen.
17. Mencatat hasil pengamatan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengamatan
Dalam melakukan percobaan ini, kita
mengikuti beberapa tahap seperti yang telah dijelaskan dalam langkah
kerja. Untuk dapat membandingkan perbedaan banyaknya gelembung yang
dihasilkan maka perangkat percobaan di tempatkan pada dua kondisi yang
berbeda yaitu tempat teduh dan tempat terbuka (terkena sinar matahari
langsung). Selain di tempatkan di dua kondisi yang berbeda, juga diberi
perlakuan yang berbeda. Ada yang ditambahkan dengan NaHCO3 dan ada juga yang ditambahkan dengan es batu. Hasil pengamatan yang kami lakukan disajikan dalam tabel sebagai berikut :
No.
|
Perangkat
|
Banyaknya gelembung (+/-)
|
Nyala api
|
Keterangan
|
1.
|
A
|
+
|
Kecil
| |
2.
|
B
|
+ +
|
Sedang
| |
3.
|
C
|
+ + + +
|
Besar
| |
4.
|
D
|
±
|
Sedang
|
Keterangan:
+ : gelembung yang terbentuk sedikit
+ + : gelembung yang terbentuk sedang
+ + + + : gelembung yang terbentuk banyak
± : gelembung yang terbentuk semakin lama semakin berkurang
Pada percobaan tentang proses fotosintesis, Hydrilla verticillata
dengan panjang yang telah ditentukan dimasukkan ke dalam corong kaca
yang ditutup dengan tabung reaksi dan kemudian ke dalam beaker glass
yang berisi air sampai penuh, apabila dilakukan perlakuan dengan
memberikan cahaya pada Hydrilla verticillata tersebut akan
menghasilkan gelembung udara yang banyak, sedangkan apabila diberi
perlakuan dengan ditempatkan pada tempat yang tidak terdapat cahaya
dengan lama pengamatan yang sama, maka Hydrilla verticillata yang direndam akan mengeluarkan gelembung udara dalam jumlah yang relatif sangat sedikit. Percobaan yang ditambah larutan NaHCO3 ternyata dapat mempercepat laju fotosintesis. Fungsi larutan NaHCO3 disini sebagai katalisator dalam reaksi fotosintesis.
Pembahasan
Gelembung yang dihasilkan pada percobaan itu merupakan gas oksigen/O2.
Gas ini terbentuk karena proses fotolisis dimana air diuraikan menjadi
gas oksigen yang akan muncul berupa gelembung-gelembung dengan
persamaan reaksi sebagai berikut:
2H2O → 4H+ + O2
Dari persamaan tersebut nampak dihasilkan molekul gas O2 dari penguraian air.
Pada gelas kimia A yang diletakkan di tempat dengan
intensitas cahaya rendah, proses fotosintesisnya ternyata lambat
(diketahui dari sedikitnya jumlah gelembung yang dihasilkan). Hal ini
terjadi karena walaupun di dalam air terdapat CO2 terlarut
tetapi energi yang tersedia (cahaya) untuk melakuan proses fotosintesis
oleh hydrilla sangat sedikit. Sehingga, walaupun ada bahan baku,
tetapi bila energi untuk mengolah tidak ada maka tidak akan terbentuk
hasil.
Pada gelas kimia B dengan kondisi normal (tempat terkena cahaya matahari langsung), proses fotosintesis berjalan cepat karena pada air sebenarnya telah terdapat sejumlah CO2
terlarut dan mendapat energi yang banyak untuk melakukan proses
fotosintesis tersebut. Akan tetapi jumlah gelembung yang terbentuk tidak
sebanyak gelas kimia C. Hal ini disebabkan, walaupun keduanya sama –
sama memiliki energi untuk produksi yang melimpah tetapi jumlah bahan
baku yang tersedia tidak sama.
Pada gelas kimia C diberi larutan NaHCO3. Penambahan larutan NaHCO3 dimaksudkan untuk menambah kandungan CO2 yang terdapat dalam air, dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaHCO3 + H2O → NaOH + CO2 + H2O
Fungsi larutan NaHCO3 disini sebagai katalis dalam reaksi fotosintesis. Gelas kimia yang diberi larutan NaHCO3 jumlah CO2 terlarutnya menjadi tinggi, di samping
itu gelas kimia tersebut juga diletakkan di tempat yang terang (banyak
energi untuk berfotosintesis). Oleh karena itu proses fotosintesisnya
menjadi sangat cepat, karena disamping bahan baku tersedia banyak,
energi untuk mengolahnya menjadi sejumlah produk juga melimpah, sehingga
proses produksi (reaksi) yang berjalan dalam waktu 20 menit
mendapatkan hasil yang banyak (gas O2 pada dasar tabung reaksi).
Pada gelas kimia D yang diletakkan di tempat terang dan
ke dalamnya ditambahkan es batu, ternyata gas yang terbentuk sangat
sedikit, artinya proses fotosintesis pada gelas kimia D berjalan sangat
lambat. Hal ini terjadi karena pada suhu yang rendah enzim – enzim
banyak yang tidak aktif sehingga banyak reaksi kimia yang dialamikan oleh enzim menjadi lambat sekali.
Dari hasil percobaan, semua tanaman Hydrilla verticillata
pada setiap corong mengeluarkan gelembung-gelembung udara.
Gelembung-gelembung ini terkumpul pada dasar tabung reaksi yang dalam
keadaan terbalik, sehingga membentuk rongga udara. Gas yang terkumpul
ini akan diuji coba dengan menggunakan bara api dari lidi. Seperti yang
diketahui, api dapat menyala jika ada oksigen disekitarnya. Untuk
membuktikan apakah gelembung udara yang terkumpul tersebut mengandung
oksigen, maka praktikan memasukkan bara api dari lidi ke mulut tabung
reaksi. Ketika bara api dari lidi dimasukkan, ternyata bara api tersebut
menyala(mengeluarkan api). Hal tersebut membuktikan bahwa dalam proses fotosintesis gas yang dihasilkan adalah
oksigen. Ini ditunjukan dengan menyalanya bara api yang didekatkan
dengan mulut tabung reaksi yang berisi gas hasil dari fotosintesis.
Kesimpulan:
- Terbukti bahwa dalam proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen. Ini ditunjukan dengan menyalanya bara api yang didekatkan dengan mulut tabung reaksi yang berisi gas hasil dari fotosintesis.
- Faktor suhu yang rendah akan memperlambat terjadinya proses fotosintesis. Hal ini bukan berarti suhu yang sangat tinggi akan membuat proses fotosintesis menjadi cepat, justru tanamannya akan mati. Suhu yang optimallah yang akan membuat proses fotosintesis menjadi maksimal.
- Faktor intensitas cahaya yang terang (cukup/optimal) akan membuat proses fotosintesis menjadi cepat tetapi bila cahaya yang tersedia sedikit, proses fotosintesis menjadi lambat.
- Faktor kadar CO2 terlarut yang melimpah akan mengakibatkan proses fotosintesis berjalan dengan cepat karena CO2 merupakan bahan baku dari proses fotosintesis.
- Suhu, intensitas cahaya, dan kadar karbon dioksida yang tersedia berpengaruh terhadap kecepatan proses fotosintesis.
Hydrilla verticillata |
Gelas kimia yang diberi bongkahan es |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar